PERTEMUAN BERHARGA
Author: Muhamad
Fahrizal
PERTEMUAN
BERHARGA
Author:
Muhamad Fahrizal
Inspiration:
Song of JKT48 & Hatsune Miku
Disinilah!
Dikota inilah pertemuan pertama kita, dikota ini juga lah kita saling mengenal.
Tapi entah dimana kamu sekarang?. Pemandangan yang pernah kita lihat bersama,
kini sudah tidak ada lagi, karena kamu tidak di kota ini lagi. Disaat
pertemuan pertama kita, aku langsung jatuh
cinta denganmu. Tapi entah dimana kamu sekarang? Aku ingin memelukmu, tapi kamu
mengatakan “Kita ‘tak boleh sampai berpelukan, aku ‘tak ingin membuat kamu
menangis, nanti aku ‘tak bisa ucapkan selamat tinggal.” Setelah itu, kamu pergi
begitu saja seperti debu yang hilang terhembus angin, tanpa mengucapkan selamat
tinggal, tanpa meninggalkan apapun selain meninggalkan air mata dipipiku.
Aku
ingin pergi! Pergi melakukan PERJALANAN CINTA. Perjalanan dimana aku bisa
kembali bertemu denganmu dan mengucapkan sesuatu yang selalu lupa untuk
kuungkapkan. Aku ingin melakukannya! Melakukan sebuah petualangan untuk bisa
menemukanmu kembali dan menyatakan perasaan ini. Tapi apakah aku sanggup? Apa
yang harus aku katakana padamu saat nanti aku bertemu denganmu kembali? Apakah
akan sama seperti yang dulu? Hanya bisa terdiam saja?
Hubungan
kita seperti langit yang dipenuhi oleh awan putih, dan awan itu hilang satu persatu tersapu
angin. Seperti itulah hubungan kita yang
aku pikirkan, kita tidak benar benar bersama, hanya sesaat kita bersama seperti
kumpulan awan putih dilangit biru yang satu persatu hilang tersapu angin.
Ketika aku memikirkan dirimu, entah mengapa air mata mengalir pada pipi ini,
dengan kenangan kita. Suatu saat, kita pasti dapat bertemu kembali, hingga pada
saat itu, kita akan melangkah pada jalan masing-masing.
Aku
tidak mengerti. Kenapa aku benar-benar menyukaimu setelah kau pergi? Kita
bertemu, berkenalan kemudian saling melukai, lalu apa tujuan kita saling
mengenal? Lebih baik kita tidak saling mengenal jika akhirnya kita saling
melukai. Ada yang mengatakan “Jika ada pertemuan, maka akan ada perpisahan.”
Aku lupa siapa yang mengatakan itu tapi jika itu yang terjadi, takkan ada yang
bisa dimulai ‘kan?
Manusia
adalah makhluk yang bodoh, kasar dan menyedihkan. Seperti itulah kita! Entah
ada apa ini. Tiba-tiba dari dalam hatiku muncul sebuah pertanyaan, “Sekarang
kamu sedang bersama siapa?” Saat kau berada dihadapanku, aku merasa cemas. Tapi
saat kau ‘tak berada disini, aku ingin sekali mengetahui keberadaanmu, “Kamu
dimana dan sedang apa?”. Jika aku bisa mengikatmu, aku takkan membiarkanmu
pergi. Entah mengapa aku terlalu menyukaimu, bahkan sampai aku membenci diriku
sendiri. Bagaimana bisa? Perasaan ini sulit untuk dihentikan!
Apakah
ini yang disebut dengan cinta? Semua rasa sakit dan semua benci ini, tidak akan
pernah menghilang. Jika berakhir dengan “hingga maut memisahkan kita” ciumlah
aku dan tutuplah janji itu. Dan biarkan aku mati sekarang. Aku benci cinta yang
seperti fatamorgana ini. Meskipun aku membenci kebenaran ini, itulah kenyataan
aku dan kamu. Bagaimana jika ini adalah takdir kita? Jika ini memang takdir
kita, biarkanlah aku menghilang dari kehiduanmu, dan dari dunia ini!!
Jika
aku bisa menandai waktu kita semudah membalikkan kedua tangan, mungkin aku akan
mengirimkan “surat cinta” anehku ini sekali lagi, dengan angina sebagai
pesanku. Saat aku berjalan di sepanjang jalan yang pernah berubah ini, aku
selalu berhenti sebentar-sebentar, dari waktu ke waktu. Aku penasaran, sudah
berapa banyak waktu yang kuhabiskan sejak kita berpisah. Aku masih tidak bisa
menggenggammu, untukmu yang memudar seperti kabut. Apakah kau tahu itu?
Kehangatan tanganmu yang melingkariku dalam pelukanmu sekali saja yang sudah
menjadi kenangan lama.
Musim
panas yang telah berlalu ini, tidak menyisakan apapun, hanya menyisakan rasa
sakit ini. Angin terasa amat dingin. Papn tanda larangan bagaikan menolak
diriku ini agar tidak bisa lagi mengingat hari-hari bersamamu. Meskipun seperti
itu, cintaku padamu takkan pernah terbakar habis oleh sang mentari karena
selalu ada didalam hati ini. Aku ingin bertemu denganmu, ingin bertemu sekarang.
Di malam saat aku ‘tak bisa tidur, bahkan didalam mimpiku, selalu
ingatan-ingatan itu melayang datang dan pergi. Aku ingin bertemu denganmu,
ingin bertemu sekarang. Meskipun kita terpisah jauh, tapi aku mengingat
senyumanmu.
Kemarin,
di pagi buta aku teringat, aku seperti bisa merasakannya ketika memunguti
pecahan kaca, ini terasa begitu sakit saat darah menetes dari jariku yang
terpotong. Aku berpikir jika kita ingin melakukan hal seperti ini. Aku sudah
tahu jaug didalam hatiku, bahwa hal yang paling pahit akan menjadi yang
terbaik. Cinta didalam diriku menolaknya sebagai akhir, namun pertentangan
dalam diri ini terulang, aku berharap kita dapat bertemu (lagi) suatu hari
nanti. Didunia yang perlahan runtuh, hanya ada jalan kecil untuk diriku yang
berusaha mengukir senyummu yang memudar. Aku berteriak sampai suarku mengering,
bergema di udara yang hampa meski tidak ada satupun yang tersisa setelah rantai
ini telah terputus.
Kesempatan
yang telah mempertemukan kita berdua, kegelapan yang tanpa ragu-ragu mengganggu
dan ‘tak terhitung jumlahnya. “jadi beginikah (akhirnya)” aku berbisik sampai
air mata yang mengalir di pipi ini telah mengering. Aku menyadari kemarin malam
yang sunyi, meskipun aku memunguti bunga layu yang jatuh, bunga itu takkan bisa
kembali bermekaran seperti semula. Kematian kecil di atas tanganku membuat
waktu kita menjadi berhenti. Aku teringat kembali musim ketika pertama kali
kita bertemu, dan senyum lembut di wajahmu. Aku menekan masa sekarang kedalam
masa lalu, sehingga aku menerima banyak luka yang kita dapat, hati kita
sekarang penuh dengan duri.
Itu
adalah pertemuan dari keajaiban kecil, keajaiban kecil juga setetes kebahagiaan
dan perlahan-lahan tumbuh lebih besar. Apa yang bisa aku berikan padamu pada
saat kau kembali?. Jika aku bisa menjadi burung, atau angin, akankah impianku
menjadi kenyataan?! Impian untuk bertemu denganmu (lagi). Kenapa, kenapa air
mataku tidak bisa berhenti mengalir ketika memikirkanmu? Jika aku punya
baling-baling bambu, aku akan menemui mu dimanapun kau berada sekarang.
Aku
mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu. ‘kan kuucapkan
itu berkali-kali. Ya, ‘kan kusampaikan itu demi dirimu, dari sejak aku bertemu
denganmu. Jika perasaan ini kusalurkan melalui bibirku (kata-kata), hal itu
‘kan terdengar sayup nan tipis. Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku
mencintaimu, aku mencintaimu. Bahkan dari banyaknya dari apa yang aku katakana,
itu cuma hal yang biasa, dan (hal biasa) itu hanya aku katakana untukmu
seorang. Saat tumbuh menua, bahkan jika aku lupa dengan namaku sendiri, dan
bahkan sudah ‘tak dapat berbicara apapun kecuali kata-kata ‘tak jelas. Aku ‘kan
selalu disisimu dan (tetap) akan ingin membisikanmu (kata ‘tak jelas) itu lagi
dan lagi. Meskipun (ucapan) seperti itu hanya akan membuat air mataku meluap.
Setiap
kali kuingat wajah lembutmu, sesaat aku merasa tenang, tapi entah kenapa, wajah
lembutmu hari demi hari memudar dalam pikiranku, aku takut akhir sudah dekat.
Akankah kamu kembali (kepadaku), sebelum ingatanku tentang dirimu memudar? Aku
selalu menunggumu disini, ditempat pertama kita bertemu, ditempat kita saling
mengenal, lalu saling membagi kebahagiaan.
Dunia
ini seperti ilusi, ilusi yang aku ciptakan sendiri, meskipun ilusi itu aku yang
menciptakannya, mengapa aku menangis karena ilusi itu? Pertemuan kita seperti
fatamorgana, terjadi, karena aku menginginkannya terjadi. Tapi kenapa, aku
menginginkan hal yang membuatku menangis, yang membuatku menderita? Aku seperti
seekor burung kecil yang kehilangan sayapnya (yang lupa caranya terbang), tidak
bisa pergi kemanapun, hanya bisa merangkak ditempat ini saja, tempat yang
dikelilingi oleh ilusi dan fatamorgana.
Download >>>
Part 2 >>>
Coming Soon
Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon